Jumat, 01 Maret 2013

Bakiak cantik

Sepatu sandal bakiak: Sebuah objek besar untuk Semua Wanita Fashionable

Sepasang Sepatu clog telah tarik bagi semua wanita muda bergaya. Sepatu ini dasarnya chunky dan memberikan keunggulan ditambahkan untuk melihat Anda. Banyak wanita terobsesi dengan Sepatu ini karena mereka yang tinggi pada faktor kenyamanan dan gaya. Oleh karena itu, waktu berikutnya ketika Anda berBelanja, Anda tidak harus kembali tanpa sepasang sepatu ini. Anda harus berdandan dengan cara sehingga sepatu sesuai dengan gaun yang dikenakan oleh mereka. Jika Anda ingin memiliki penampilan yang berbeda kemudian memilih jenis dan gaya bakiak yang tersedia di pasar. Jika Anda tidak puas dengan berbagai di toko-toko tradisional, Anda dapat mencari Internet. Ada varietas yang berbeda yang datang di pasar sejak permintaan yang semakin meningkat. Wanita suka mengenakan sepatu ini karena mereka mendapatkan kenyamanan maksimal dan gaya. Anda bisa memakai sepatu ini untuk waktu yang lama di siang hari dan Kaki Anda tidak akan merasa stres. kaki Anda tidak akan sakit dan Anda akan merasa nyaman dan kenyamanan saat Anda mengenakan sepatu ini. Anda dapat menemukan varietas yang berbeda dari sepatu bakiak yang datang dalam bentuk yang berbeda sehingga perempuan bisa memakainya sesuai dengan kaki mereka. Anda bisa memakainya sebagai sepatu kasual atau formal. Bahan yang digunakan dalam sepatu berkualitas tinggi. Kulit dan kanvas adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan sepatu ini. Desain telah diperbaiki, ditingkatkan, dan gaya yang lebih baru dan desain telah dibawa keluar sehingga dapat melayani generasi muda. Semua wanita seperti memakai sepatu ini. Ada bakiak medis dirancang khusus, yang terbuat dari karet di bagian bawah dan atas. Sepatu ini memberikan perlindungan terhadap kaki Anda dan menjaga kaki Anda bersih dari kuman dan jenis cedera. Orang memakai bakiak ini karena mereka slip-tahan. Anda juga dapat memilih untuk membeli sepatu ini karena penggunaan praktis mereka. Mereka telah di mode untuk beberapa waktu sekarang tidak tampak bahwa itu akan pergi dalam waktu dekat. Baru-baru ini bakiak tumit telah mendapatkan banyak popularitas dan telah menjadi kemarahan besar di antara individu-individu sadar mode. Saat ini perempuan melepaskan sandal dan sandal jepit dan memilih untuk sepatu ini. Mereka dengan gaya olahraga ini karena sepatu yang mendikte musim mode. Anda akan melihat sepatu mana pun Anda pergi. Dari toko ritel untuk rumah mode terkemuka Anda akan menemukan mereka di mana-mana. sandal bakiak Sepatu telah keluar dari kancah mode untuk jangka waktu singkat tetapi lagi kembali dalam adegan dengan penuh semangat. Oleh karena itu, Anda dapat memilih sebuah toko dari Internet dari mana Anda dapat membeli sepatu ini. Akan ada varietas yang berbeda dari sepatu seperti warna, gaya dan desain dan Anda dapat memilih orang yang datang dalam anggaran Anda.

Sepatu Sepak Bola

Setelah kemarin bercerita tentang peristiwa unik pada sepak bola,sekarang sedikit saya ingin berbagi info tentang sejarah munculnya sepatu sepakbola.




Pada awalnya, pemain boleh mengenakan sepatu jenis apa pun di lapangan. Sepatu dengan alas polos yang sering dipakai untuk kerja pun diperbolehkan. Sepatu wanita dengan hak agak tinggi bahkan pernah digunakan para pemain sepakbola di lapangan hijau.Kemudian, keluarlah peraturan FIFA pada 1863. Salah satunya berbunyi, “Yang tidak memakai paku menonjol, lempengan besi, atau getah karet pada sol sepatunya tidak diperbolehkan bermain”.

Aturan itu memunculkan gairah tukang sepatu di Inggris dan Eropa untuk membuat sepatu khusus sepak bola. Sebelum industri massal dimulai, tukang sepatu kebanyakan membuatnya dalam skala produksi rumah tangga.
Pada 1895, Joe dan Jeff Foster mendirikan J.W. Foster and Sons di Bolton, Inggris, sebelum mengubahnya menjadi Reebok pada 1958. Sejak Januari 1905, Herman Jansen membuat toko sekaligus bengkel sepatu di rumahnya di Kota Hengelo, Provinsi Gelderland, Belanda timur. Pada tahun yang sama, muncul pula pembuat sepatu bola di Inggris.

Industri sepatu kian menggeliat ketika kakak beradik Adolf dan Rudolf Dassler membuka pabrik dengan nama Gebruder Dassler Schuhfabrik pada 1924.Usaha dua bersaudara itu akhirnya pecah pada 1947.  Rudolf mendirikan firma bernama Ruda yang kelak akan berganti nama menjadi Puma. Sementara Adolf mendaftarkan perusahaan bernama Adidas  pada tahun 1949, disinilah awal mula sepatu bola klasik berwarna hitam. Sepanjang Piala Dunia FIFA 1966 hampir 75% pemain sepakbola mengenakan sepatu bola Adidas. Hal itu menjadi prestasi tersendiri bagi perusahaan tersebut.

Sejak saat itu sepatu bola telah ditingkatkan kualitasnya untuk mendukung performa permainan atlit sepakbola secara professional. Inovasi terus tumbuh dan berkembang dengan perusahaan-perusahaan yang maju dan menciptakan sepatu bola yang lebih mantap, ringan dan fleksibel. Beberapa perusahaan yang kemudian mengembangkan inovasi sepatu bola adalah Reebok, Puma, Nike, Diadora, Umbro, Lotto dan Kelme.

Mulai tahun 1910-an, sepatu dengan nama Cup Final Specials mendunia berkat “gigi-gigi” kayu di bagian bawah agar pemain mudah mencengkeramkan kakinya ke tanah. Ujung sepatu dibuat dengan pola anyaman agar pemain mudah menggerakkan jari kakinya selama mengontrol bola. Bentuk gigi itu seperti tabung dengan tiga paku kecil berujung tajam. Pemain harus memakukkan “kuku” itu ke sol dengan palu kecil.

Ukuran gerigi itu pun bervariasi. Pemain akan memilih gigi lebih panjang untuk bermain di lapangan becek agar tidak mudah terpeleset. Salah satu tugas wasit dan asistennya adalah mengecek sol itu sebelum pemain masuk ke lapangan. Jika gigi sepatu terlalu tajam dan menonjol, pemain tak diperbolehkan masuk.

Berbeda dengan sepatu sebakbola masa silam dibuat dari bahan kulit tipis tapi berat. Modelnya berupa laras panjang atau boot agar bisa melindungi engkel pemain dari sepakan lawan. Sepatu itu umumnya keras dan kaku sehingga sering membuat kaki pemakainya cedera. Agar lebih lentur dan enak dipakai, sepatu direndam dulu selama beberapa jam sebelum dikenakan, lalu dijemur sebentar agar kandungan air tidak memberatkan sepatu.

Di era 1920-an, sepatu bola mulai diproduksi secara massal. Salah satu yang terkenal di era itu adalah Manfield Hotspur. Sepatu kulit ini tidak hanya diproduksi untuk pemain dewasa, tapi juga untuk semua umur termasuk anak-anak.

Sepuluh tahun kemudian, muncullah variasi warna tali sepatu. Selain hitam, ada pula putih, merah, dan lainnya. Di lapangan, pemain kerap menggonta-ganti tali ini karena proses rendam-jemur sepatu membuat tali mudah rusak.


Pada 1951, perusahaan sepatu mulai mengendus bisnis baru. Mereka mencatut nama pemain terkenal untuk nama produknya. Bintang Inggris saat itu, Stanley Matthews, menjadi nama sepatu keluaran CWS. Ia mencatatkan diri sebagai pemain pertama yang disewa sebagai bintang iklan sepatu. Maka, dimulailah komersialisasi sponsor oleh produsen sepatu kepada pemain, yang saat itu mendapat gaji maksimal 20 poundsterling.

Matthews juga menjadi salah satu pengguna sepatu Continental, seri terbaru dari Manfield Hotspur dan dikenakan pemain-pemain di Eropa serta Brasil. Sepatu ini dibuat pada 1950-an hingga 1960-an. Pada masa itu, sol sepatu juga dibuat dengan bahan karet, plastik, atau logam dengan pengait sekrup.

 Selain Matthews, pemain-pemain lain mulai mendapat tempat khusus di hati produsen. Sepatu Bobby Charlton, contohnya, beredar pada 1964. Dua tahun kemudian, muncul sepatu bernama Pele, yang dibuat sesuai tuntutan gaya main lincah ala pemain Brasil itu.

Selama itu sepatu sepak bola identik dengan kombinasi warna hitam atau cokelat dengan strip putih. Puma pernah membuat sepatu putih pada 1958, tapi baru dipertontonkan oleh pemain Inggris, Alan Ball, satu dekade kemudian. Corak lain mulai bermunculan pada 1998, salah satunya dikenakan oleh pemain Maroko, Moustafa Hadji.


Pada 1995, mantan pemain Liverpool, Craig Johnston, mendesain sepatu bernama Predator yang diproduksi oleh Adidas. Sepatu ini menggunakan kulit kanguru sebagai lapisan luarnya yang diklaim mempermudah lengkung arah bola. Klaim ini membuat sepatu itu laris manis dan antara lain dipakai eksekutor seperti Zinedine Zidane, David Beckham, dan Steven Gerrard.

Saat ini produsen membuat beragam sepatu dengan teknologi mutakhir sesuai kebutuhan pemakainya. Bentuk, desain, dan bahannya dibuat agar pemain bisa menggerakkan kakinya senyaman mungkin dan aman. Kuku-kuku di solnya pun tak selalu berjumlah sama satu dengan yang lain. Gigi-gigi yang awalnya berbentuk bulat berubah menjadi pilih dan ini sering dianggap gampang melukai lawan.


Sepatu masa kini pun tersedia dalam beragam warna. Nike, misalnya, pernah membuat sepatu berwarna genit merah muda bernama Nike Mercurial Vapor Rosa.Kita bisa melihatnya pada kaki Nicklas Bendtner dan Franck Ribery. Warna ngejreng seperti ini memang sangat mencolok di lapangan. Sebuah cara jitu untuk menarik penonton agar gampang memelototi permainan bintang favoritnya dan mencari tahu kemampuan sepatu yang dipakainya.

Kini sepatu bola telah banyak mengalami perubahan model bentuk, bahan, desain dan kualitas bahkan sepatu Adidas  F50 adiZero di klaim sepatu paling ringan di dunia.
Kini sepatu bola merupakan senjata wajib yang harus dimiliki para pemain sepakbola,mereka para bintang sepakbola percaya jika sepatu yang dipakai amat membantu mereka mengeluarkan karakter permainan di lapangan.

Sepatu

ALAS KAKI, apapun nama, bentuk, atau modelnya, telah begitu lekat dengan kaki semua orang. Namun, keakraban kaki dengan pembungkusnya itu tidak dialami dengan mudah oleh banyak orang sebelum tahun 1882. Tepatnya, ketika Jan Ernst Matzeliger, pekerja di sebuah pabrik sepatu di Amerika, menemukan mesin pembuat sepatu. Dengan ditemukannya mesin-mesin pembuat sepatu yang lain, dimulailah produksi masal sepatu, sehingga harganya pun menjadi terjangkau. Orang tak perlu lagi membuat sendiri atau repot memesan pada tukang sepatu keliling.


Namun, untuk sampai pada tahap itu, sepatu mengalami perjalanan yang sangat panjang. Ribuan tahun yang lalu, kulit binatang mentah dipilih untuk pembungkus tubuh dan kaki manusia.


Bila didaerah dingin pembungkus itu berbentuk sepatu, masyarakat di daerah panas lebih menyukai sandal. Orang Mesir kuno di tahun 3700 SM misalnya, sudah mengenakan sandal dari serat tanaman atau kulit binatang.


Bahan dasarnya tergantung pada materi yang tersedia dan kondisi alamnya. Sepatu kayu misalnya, sangat populer di Benua Eropa yang banyak berhutan. Sedangkan klompen kayu (semacam "sepatu" bakiak) banyak ditemukan di negara-negara bercuaca hangat seperti Timur Tengah, India dan Jepang. Bila mokasin (sepatu yang dibuat dari selembar bahan sehingga tidak ada jahitan antara sol dengan bagian atas sepatu) dari kulit pohon jadi alas kaki masyarakat Skandinavia, maka sandal jerami dan sepatu kain dapat dijumpai menghiasi kaki masyarakat Korea dan Cina. Khusus masyarakat di wilayah bercuaca sangat dingin, sepatu bot banyak dipakai. Orang Tibet, Bhutan, dan Nepal di sekitar Himalaya, misalnya, sangat akrab dengan sepatu bot dari kulit yak.


Alas kaki ternyata tidak selalu dianggap penting, apalagi oleh masyarakat wilayah yang banyak disinari matahari. Pada lukisan dinding dari zaman Mesir kuno, hanya para raja dan pendeta yang mengenakan alas kaki - itu pun berupa sandal - yang terbuat dari jalinan alang-alang, atau sandal kulit seperti yang terbuat dari jalinan alang-alang, atau sandal kulit seperti yang dikenakan Tutankhamen, salah satu firaun Mesir.


Bagi serdadu Yunani kuno, sandal malah punya fungsi yang amat khusus. Mereka hanya mengenakan satu pada kaki kiri. Saat perkelahian satu lawan satu, karena perisai dibawa dengan tangan kiri, kaki kiri itu selalu siap maju, kalau perlu menendang selangkangan lawan. Nah, tendangan dengan sandal tentu lebih afdol.


Pada abad IV, sepatu yang dihias dengan indah banyak ditemukan di Bizantium. Model sepatu dengan ujung panjang muncul di akhir abad IV sampai abad XV. Maklum, mode topi dan hiasan kepala saat itu juga runcing-runcing. Ada sepatu seorang pangeran yang panjang ujungnya 60 cm. Untuk mempertahankan bentuknya tentu saja mesti disumpal serat atau jerami. Sepatu demikian disebut poulainne atau crakow, mungkin indikasi tempat asalnya: Polandia. Supaya praktis, ujung sepatu diikat dengan rantai ke pangkal sepatu di tulang kering. Oleh Edward IV, raja Inggris 1442-1483, ujung sepatu lalu di batasi maksimal 5 cm saja.


Pada abad XVII lahir model sepatu berhak tinggi dengan pita. Tahun 1660 Louis XIV, raja Prancis yang terkenal suka kemewahan dan keindahan, mendapat hadiah sepasang sepatu berhak tinggi dengan pita sepanjang 40 cm. Tetapi haknya dibuat melengkung untuk disesuaikan dengan tubuh Louis yang pendek. Meski tak praktis dan membuat pemakainya bisa tersandung, model itu sangat disukai raja dan kerabatnya.


Pada abad XVIII sepatu mencapai puncak kecentilannya. Ada yang dihiasi kain brokat, atau kulit anak kambing yang lembut, entah dibordir atau dihiasi manik-manik. Ujungnya runcing, haknya tinggi melengkung. Bahkan ada yang dihiasi gesper bertatahkan berlian.


Kini perkembangan pengetahuan yang begitu pesat menyentuh pula bidang pembuatan sepatu. Proses rancang-merancang dilakukan dengan bantuan komputer, sedangkan sinar laser digunakan untuk memotong bahan dengan cepat dan tepat.Sumber